Wednesday, 12 April 2017

Kisah Tauladan Sahabat Nabi, Zahid ra Yang Mengharukan

Kisah Tauladan Sahabat Nabi, Zahid ra
Yang Mengharukan

Kisah
Tauladan –
Sahabat
dunia islam,
Banyak
sekali kisah
tauladan
pada zaman
Rasullah
dan
sahabat nabi yang bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk
menambah keimanan kita semua salah satunya Kisah tauladan
sahabat nabi yang bernama zahid ra.

Pada zaman Rasulullah SAW
hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35
tahun namun belum juga menikah.
Dia tinggal di Suffah masjid
Madinah.
Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba
Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget
dan menjawabnya agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid, selama ini engkau sendiri saja,”
Rasulullah SAW menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.

“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja,
apakah engkau tidak ingin menikah,” kata Rasulullah SAW.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau
denganku ya Rasulullah?”

” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah
SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk
membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang
bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah
yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.
Akhirnya,
surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah
Said.
Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah
memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan
diterima di depan rumah Said.

“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia
diberikan untukmu saudaraku.”

Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya.
Ketika membaca surat
tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan
yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin
dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan
orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah
surat ini dari Rasulullah?”

Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku
berbohong.”

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata,
“Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini. bukankah
lebih disuruh masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar
engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya
dan berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya
raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah..!” dan
Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu
sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan
sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti
menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa
membawa-bawa nama rasul?”

Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah perintah
Rasulullah.”

Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas
kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya,
“Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar
ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan
pemuda ini.

Karena ingat firman Allah dalam Al-Quran surat 24 : 51.

Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum
(mengadili) diantara mereka ialah ucapan.
Kami mendengar, dan
kami patuh/taat.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(QS. 24:51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru
kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit
pulang.
Sampai di masjid ia bersujud syukur.
Rasul yang mulia
tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.
“Bagaimana Zahid?”
“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.

“Sudah ada persiapan?”

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak
memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman,
dan Abdurrahman bi Auf.
Setelah mendapatkan uang yang cukup
banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan
perkawinan.

Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan
umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan
menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah
siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa
ini?”

Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan
menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”.

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau begitu
perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda
yang terbagus.”

Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu
berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”

Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”
Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, Jika bapak-bapak, anak-
anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari)
berjihad di jalan-Nya.
Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik. (QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati
syahid di jalan Allah. Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang
berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada
Zulfah.”
Lalu Rasulullah membacakan Al-Quran surat 3 : 169-170 dan
2:154).

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur
dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya
dengan mendapat rizki.
Mereka dalam keadaan gembira
disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan
mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal
dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.(QS 3: 169-170).

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang
gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
(QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfah
pun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu,
jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku
mendampinginya di akhirat.”

No comments:

Post a Comment